Fri, 13 December 2024

Apa Itu Taksonomi Bloom?

Share

Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek, termasuk perencanaan, pengajaran, dan evaluasi. Untuk memahami dan mengukur keberhasilan pembelajaran, kita membutuhkan kerangka kerja yang dapat membantu kita mengorganisir dan mengklasifikasikan tujuan pembelajaran. Salah satu kerangka kerja yang paling terkenal dan umum digunakan adalah Taksonomi Bloom.

Taksonomi Bloom, atau lebih dikenal sebagai Taksonomi Pendidikan Bloom, adalah suatu sistem klasifikasi tujuan pembelajaran yang dikembangkan oleh seorang psikolog pendidikan bernama Benjamin Bloom pada tahun 1956. Taksonomi ini menyediakan struktur hierarki untuk tujuan pembelajaran, yang melibatkan enam tingkat atau tingkatan, mulai dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks.

Sumber Gambar : https://mediaindonesia.com/humaniora/599952/mengenal-taksonomi-bloom-level-kognitif-c1-sampai-c6

1. Tujuan Taksonomi Bloom

Tujuan utama dari Taksonomi Bloom adalah memberikan panduan bagi para pendidik dalam merancang tujuan pembelajaran yang jelas dan terukur. Dengan menggunakan tingkatan yang telah ditentukan, guru dapat mengidentifikasi tingkat pemahaman dan kemampuan siswa serta merancang metode pengajaran yang sesuai.

Taksonomi Bloom mencakup tiga domain utama pembelajaran, yaitu:

a. Domain Kognitif

Domain kognitif berkaitan dengan pemikiran intelektual dan pengetahuan. Taksonomi ini terdiri dari enam tingkatan, mulai dari yang paling dasar hingga yang paling kompleks:

  1. Pengetahuan (Knowledge): Mengingat fakta dan konsep.
  2. Pemahaman (Comprehension): Memahami dan menjelaskan konsep.
  3. Penerapan (Application): Menggunakan pengetahuan dalam situasi baru.
  4. Analisis (Analysis): Menganalisis informasi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
  5. Evaluasi (Evaluation): Menilai informasi berdasarkan kriteria tertentu.
  6. Sintesis (Synthesis): Menggabungkan elemen-elemen untuk membentuk suatu keseluruhan.

b. Domain Afektif

Domain afektif berkaitan dengan sikap, nilai, dan emosi. Meskipun tidak selengkap domain kognitif, domain afektif melibatkan tingkatan dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks dalam hal tanggapan emosional dan perubahan sikap.

c. Domain Psikomotor

Domain psikomotor berkaitan dengan keterampilan fisik dan motorik. Ini mencakup tingkatan dari keterampilan dasar hingga tingkatan tinggi dalam melakukan tugas-tugas fisik.

2. Implementasi Taksonomi Bloom di Dunia Nyata

Taksonomi Bloom tidak hanya sebuah konsep teoritis, melainkan juga alat praktis yang dapat digunakan oleh pendidik. Misalnya, dalam pengajaran matematika, guru dapat merancang tujuan pembelajaran untuk setiap tingkat domain kognitif. Untuk tingkat pengetahuan, siswa diharapkan dapat mengingat fakta dan rumus matematika. Pada tingkat pemahaman, mereka diuji untuk menjelaskan konsep-konsep tersebut dengan kata-kata mereka sendiri. Sementara itu, pada tingkat penerapan, siswa diberi soal-soal yang mengharuskan mereka menggunakan rumus-rumus tersebut dalam konteks masalah nyata.

Penerapan Taksonomi Bloom juga dapat ditemui dalam pengembangan kurikulum. Kurikulum yang baik harus mencakup tujuan-tujuan pembelajaran dari setiap tingkatan domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Ini memastikan bahwa siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan, tetapi juga mengembangkan sikap positif dan keterampilan praktis yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Kritik dan Revisi Taksonomi Bloom

Meskipun Taksonomi Bloom telah menjadi landasan penting dalam dunia pendidikan selama beberapa dekade, ada kritik terhadap model ini. Beberapa kritikus menunjukkan bahwa taksonomi ini terlalu fokus pada aspek kognitif dan kurang memberikan perhatian yang cukup pada aspek afektif dan psikomotor. Oleh karena itu, beberapa revisi telah dilakukan untuk memperluas dan memperbarui kerangka kerja ini.

Salah satu revisi yang terkenal adalah “Revisi Taksonomi Pendidikan” yang diterbitkan pada tahun 2001 oleh Lorin Anderson dan David Krathwohl, yang merupakan murid dari Benjamin Bloom. Revisi ini mempertahankan enam tingkatan dalam domain kognitif tetapi memberikan penjelasan lebih rinci tentang setiap tingkatan dan menekankan pentingnya berpikir kritis dan kreativitas.

4. Tantangan dalam Mengimplementasikan Taksonomi Bloom

Meskipun Taksonomi Bloom memberikan panduan yang berharga bagi pendidik, mengimplementasikannya bukanlah tugas yang mudah. Beberapa tantangan yang mungkin dihadapi dalam menggunakan taksonomi ini meliputi:

a. Pengukuran yang Subyektif

Mengukur tingkat pencapaian siswa pada setiap tingkatan taksonomi dapat menjadi subjektif. Guru mungkin memiliki interpretasi yang berbeda-beda tentang sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

b. Integrasi dengan Pembelajaran Aktif

Taksonomi Bloom dikritik karena terlalu fokus pada pembelajaran yang bersifat pasif. Dalam era pembelajaran aktif dan berbasis proyek, tantangan muncul dalam mengintegrasikan prinsip-prinsip taksonomi ini dengan metode pengajaran yang lebih dinamis.

c. Kurangnya Fokus pada Aspek Affective dan Psychomotor

Meskipun taksonomi ini mencakup tiga domain, aspek afektif dan psikomotor kurang mendapatkan perhatian yang cukup dibandingkan dengan domain kognitif. Revisi telah dilakukan untuk mengatasi kekurangan ini, tetapi tantangan masih ada dalam mengembangkan cara yang efektif untuk mengukur perkembangan siswa dalam domain ini.

5. Kesimpulan: Mengapa Taksonomi Bloom Penting?

Taksonomi Bloom tetap menjadi alat yang berharga dalam dunia pendidikan meskipun telah menerima kritik dan revisi. Kerangka kerja ini memberikan struktur yang jelas untuk merancang tujuan pembelajaran, mengajar, dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Meskipun bukan tanpa tantangan, implementasi Taksonomi Bloom dapat membantu menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih terukur, terstruktur, dan bermakna bagi siswa.

Dalam dunia yang terus berubah, taksonomi ini juga harus terus berkembang dan disesuaikan dengan kebutuhan pendidikan saat ini. Oleh karena itu, peran pendidik dalam memahami, mengkritisi, dan mengadaptasi taksonomi ini menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif dan relevan bagi generasi pelajar masa depan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Mungkin anda suka

Artikel Lainnya