Dalam dunia psikologi ekonomi, Richard Thaler dikenal sebagai tokoh yang menggagas konsep akuntansi mental. Konsep ini mengungkap bagaimana manusia melakukan evaluasi dan pengambilan keputusan finansial berdasarkan kategori mental tertentu. Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi lebih dalam mengenai akuntansi mental menurut pandangan Richard Thaler, dan bagaimana konsep ini dapat memberikan wawasan baru dalam pemahaman perilaku manusia terkait keuangan.
Dasar-dasar Psikologi Ekonomi
Sebelum memahami akuntansi mental, penting untuk memahami dasar-dasar psikologi ekonomi. Bidang ini mencoba menyelidiki hubungan antara faktor psikologis dan perilaku ekonomi, mencari pemahaman mengenai mengapa manusia seringkali tidak bertindak secara rasional dalam pengambilan keputusan finansial.
Menurut Thaler, perilaku manusia cenderung dipengaruhi oleh bias kognitif dan emosional. Kita tidak selalu bertindak sesuai dengan prinsip ekonomi klasik yang mengasumsikan bahwa manusia selalu bertindak secara rasional. Akuntansi mental menjadi kunci untuk memahami bagaimana cara pikiran kita secara alami membuat kategori dan mengelompokkan keputusan finansial.
Konsep Akuntansi Mental
Akuntansi mental adalah suatu konsep di mana individu membentuk “rekening mental” atau kategori mental untuk mengelompokkan berbagai transaksi dan keputusan keuangan mereka. Thaler menyatakan bahwa kita cenderung memiliki berbagai rekening mental, seperti rekening untuk dana darurat, rekening untuk liburan, atau bahkan rekening untuk “main-main.”
Misalnya, ketika seseorang menerima bonus atau uang hadiah, mereka mungkin memutuskan untuk menggunakan uang tersebut untuk liburan daripada membayar utang, meskipun secara rasional membayar utang mungkin merupakan pilihan yang lebih bijak secara finansial. Ini karena adanya rekening mental khusus untuk liburan yang memandu pengambilan keputusan.
Kategori Mental dalam Akuntansi Mental
Thaler mengidentifikasi beberapa kategori mental yang umum digunakan oleh individu dalam akuntansi mental. Pertama, ada konsep “mental accounting” yang menggambarkan cara kita mengkategorikan dana dan transaksi berdasarkan tujuan tertentu. Misalnya, seseorang mungkin memiliki rekening khusus untuk dana darurat, investasi jangka panjang, dan kebutuhan sehari-hari.
Kedua, ada konsep “transaction utility” yang menunjukkan bahwa kita cenderung memberikan nilai emosional pada transaksi keuangan. Sebagai contoh, pembelian barang yang diinginkan bisa memberikan kebahagiaan lebih dari pada pembayaran tagihan, meskipun secara objektif pembayaran tagihan lebih penting secara finansial.
Ketiga, konsep “budgeting” mengacu pada bagaimana kita mengelola rencana pengeluaran kita. Thaler menunjukkan bahwa meskipun seharusnya kita mempertimbangkan keputusan finansial secara keseluruhan, seringkali kita terjebak dalam rencana pengeluaran bulanan yang bisa membuat kita melakukan keputusan yang tidak efisien.
Dampak Akuntansi Mental dalam Pengambilan Keputusan
Akuntansi mental memiliki dampak yang signifikan dalam pengambilan keputusan finansial. Kategori-kategori mental yang dibentuk oleh individu dapat mempengaruhi cara mereka mengevaluasi risiko, mengalokasikan sumber daya, dan merencanakan keuangan mereka. Pemahaman ini dapat memberikan wawasan baru bagi praktisi keuangan, peneliti, dan individu dalam mengoptimalkan pengelolaan keuangan mereka.
Salah satu dampak utama akuntansi mental adalah munculnya perilaku irasional yang sulit dijelaskan oleh model ekonomi klasik. Contohnya, seseorang mungkin terlalu berhati-hati dalam pengeluaran untuk kategori-kategori tertentu, seperti pengeluaran rekreasi, namun lebih boros dalam kategori lain, seperti makanan di luar.
Dalam investasi, akuntansi mental juga dapat mempengaruhi cara kita menilai kinerja portofolio. Jika seseorang memisahkan portofolio investasinya ke dalam “rekening mental” yang berbeda, ia mungkin cenderung mempertahankan investasi yang merugi hanya karena menganggapnya sebagai bagian dari rencana jangka panjang.
Tantangan dalam Mengelola Akuntansi Mental
Meskipun akuntansi mental memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang perilaku keuangan manusia, ada beberapa tantangan dalam mengelola akuntansi mental. Salah satu tantangan utama adalah kesulitan untuk mengubah kategori-kategori mental yang sudah terbentuk.
Thaler menunjukkan bahwa manusia cenderung mengikatkan emosi dan nilai pada kategori-kategori tertentu. Misalnya, jika seseorang memiliki rekening khusus untuk liburan, mereka mungkin akan kesulitan untuk menggunakan uang dari rekening tersebut untuk keperluan mendesak lainnya. Hal ini dapat menghambat fleksibilitas dalam mengelola keuangan secara efisien.
Selain itu, perubahan dalam situasi keuangan seseorang, seperti kenaikan gaji atau penurunan pendapatan, dapat menghasilkan perubahan dalam akuntansi mental. Seseorang yang mendapatkan kenaikan gaji mungkin mengubah prioritas keuangan mereka dan membentuk kategori baru untuk alokasi dana tambahan.
Implikasi untuk Praktik Keuangan
Pemahaman terhadap akuntansi mental memiliki implikasi penting dalam praktik keuangan, terutama dalam perencanaan keuangan pribadi, manajemen investasi, dan desain kebijakan publik. Berikut adalah beberapa implikasi yang dapat dipertimbangkan:
a. Perencanaan Keuangan Pribadi: Perencana keuangan dapat menggunakan pemahaman terhadap akuntansi mental untuk membantu klien mereka mengelola keuangan secara lebih efektif. Dengan memahami kategori-kategori mental yang dimiliki oleh klien, perencana keuangan dapat memberikan saran yang lebih personal dan sesuai dengan nilai-nilai klien.
b. Manajemen Investasi: Manajer investasi dan investor individu dapat menggunakan konsep akuntansi mental untuk memahami cara emosi dan nilai-nilai dapat mempengaruhi keputusan investasi. Dengan mempertimbangkan kategori-kategori mental yang mungkin dimiliki investor, manajer investasi dapat merancang strategi komunikasi dan produk investasi yang lebih sesuai.
c. Desain Kebijakan Publik: Pemahaman terhadap akuntansi mental dapat membantu perancang kebijakan publik dalam merancang kebijakan yang lebih efektif. Misalnya, dalam mendesain insentif pajak atau program pensiun, pemahaman terhadap cara masyarakat membentuk rekening mental dapat membantu mengoptimalkan respons dan partisipasi.
Kesimpulan
Dalam rangka mengenal akuntansi mental menurut pandangan Richard Thaler, kita dapat menyimpulkan bahwa konsep ini memberikan wawasan yang berharga dalam memahami perilaku keuangan manusia. Dengan memahami bagaimana manusia membentuk kategori-kategori mental untuk mengelola keuangan, kita dapat merancang strategi dan kebijakan yang lebih sesuai dengan cara manusia berpikir dan bertindak.
Dalam menghadapi tantangan dan kesulitan yang mungkin timbul dalam mengelola akuntansi mental, penting untuk terus mengembangkan literasi keuangan dan kesadaran akan faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Seiring dengan perkembangan penelitian dalam psikologi ekonomi, kita dapat terus mengeksplorasi dan memahami lebih dalam mengenai kompleksitas pikiran manusia dalam konteks keuangan. Akhirnya, pemahaman yang lebih baik terhadap akuntansi mental dapat membawa kita menuju pengelolaan keuangan yang lebih cerdas dan efisien.